Kuntoro Basuki
17/415555/SV/13420
ARS C
Perkembangan Islam di Kudus
Dalam
perkembangan islam di daerah Kudus mengalami akulturasi budaya, akulturasi adalah proses perpaduan antara 2 kebudayaan
atau lebih, sehingga melahirkan bentuk kebudayaan baru tanpa meninggalkan ciri
khas dari budaya lama tersebut sehingga unsur-unsur penting dari masing-masing
kebudayaan masih terdapat.
Hasil
akulturasi budaya hindu budha dengan islam di Kudus adalah Masjid Menara Kudus.
Masjid yang berlokasi di Desa Kauman, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Jawa
Tengah ini merupakan masjid kuno yang memiliki desain arsitektur, sejarah dan
unsur budaya akulturasi. Masjid ini didirikan oleh Syekh Jafar Sodiq yang
dikenal sebagai Sunan Kudus pada tahun 1549 M atau 956 H. awalnya masjid ini
bernama masjid Al Aqsha. Nama ini sendiri terdapat pada sebuah prasasti yang
terpasang di bagian atas mihrab. Cerminan akulturasi dari masjid ini juga
tercermin dari corak bagian gapura dan juga pada bagian dalam masjid yang
memiliki sepasang gapura kuno yang disebut dengan “lawang kembar”. Tempat wudhu
di Masjid Menara Kudus memiliki delapan pancuran dan juga dilengkapi dengan
arca yang diletakkan diatasnya. Itu mengadaptasi dari keyakinan Budha
yaitu Delapan Jalan Kebenaran atau Asta Sanghika Marga.
Selain itu
ada juga sebuah acara guna memperingati mauled Nabi Muhammad SAW yakni Ampyang
Maulid yang merupakan sebuah perayaan di Kabupaten Kudus yang masih
dilestarikan sampai sekarang dan diperingati setiap tanggal 12 Robiul Awal.
Peringatan tersebut diisi dengan shodaqoh yang diwujudkan dalam bentuk tandu
yang berisi makanan, hasil bumi, buah-buahan, yang dihiasi kerupuk warna warni.
Komentar
Posting Komentar