Nama : Rizki Listiani
NIM :
17/416408/SV/14146
Kelas :
Kearsipan C
Perkembangan Islam di Kudus
Akulturasi merupakan proses percampuran dua atau lebih kebudayaan tanpa menghilangkan ciri aslinya. Salah satu wujud
akulturasi budaya Islam dengan Hindu Budha adalah Masjid Menara Kudus yang
terletak di Desa Kauman, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Masjid
ini didirikan oleh Sunan Kudus pada tahun 1549 M dengan memiliki desain
arsitektur, sejarah dan unsur budaya akulturasi. Dahulu masjid ini bernama
Masjid Al Aqsa sesuai nama prasasti yang berada di bagian atas mihrab. Budaya
Islam tercermin dari penggunaan bangunan masjid adzan. Cerminan akulturasi dari
masjid dapat dilihat dari corak bagian gapura dan pada bagian dalam masjid yang
memiliki sepasang gapuro kuno yang disebut sebagai “Lawang Sewu”.
Masyarakat Indonesia
masih sangat terpengaruh dengan kebudayaan Hindu Budha saat Islam masuk ke
Nusantara pada saat abad ke-7 M. Kemudian para Wali Songo termasuk Sunan Kudus
memperkenalkan menggunakan strategi percampuran kebudayaan Hindu dan Islam.
Masjid Menara Kudus mempunyai delapan pancuran dan dilengkapi arca di atasnya.
Proses akulturasi terdapat pada arsitektur tempat wudlu yang diyakini
mengadptasi dari kepercayaan Budha yaitu Delapan Jalan Kebenaran atau Asta
Sanghika Marga.
Ampyang
maulid adalah sebuah perayaan di Kudus yang dilaksanakan oleh masyarakat Loram
Kulon. Budaya ini sudah dilestarikan sampai sekarang dan diperingati setiap
tanggal 12 Robi’ul Awwal. Ampyang Maylid memiliki tujuan memperingati hari
lahirnya Nabi Muhammad as di masjid Wali Loram Kulon. Peringatan ini dilakukan
dengan shodaqoh yang diwujudkan dalam bentuk tandu yang berisi makanan, asil
bumi, buah-buahan yang dihiasi dengan aneka krupuk warna-warni. Dengan demikian proses perkembangan islam di Kudus terus berjalan.
Komentar
Posting Komentar