Nama : Salma Dilsani Sabita
NIM : 17/415560/SV/13425
Kelas : Kearsipan C
Sejarah
Masuknya Islam di Yogyakarta
Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di
bagian selatan Pulau Jawa dan berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah di sebelah
utaranya memiliki salah satu kesultanan Islam yang ada di Indonesia, yakni
Kesultanan Mataram. Kesultanan Mataram adalah kerajaan Islam yang dibangun pada
ke-16 yang menurut silsilah berasal dari kerajaan Islam Demak. Ketika itu
Kerajaan Demak dipindahkan ke Pajang di bawah pimpinan Jaka Tingkir atau Sultan
Hadiwijaya. Setelah Pajang jatuh, kerajaan Islam itu di pindahkan ke Mataram
oleh Raden Sutawijaya yang bergelar “Senopati Ing Ngalogo Abdurrakhman Sayidina
Panotogomo Khalifatullah Tanah Jawi” (Panglima Perang dan Ulama Pengatur
Kehidupan Beragama). Wilayah kekuasaan Mataram kala itu meliputi Jawa Tengah,
DIY dan Jawa Timur.
Kerajaan Mataram mencapai puncak
kejayaan dibawah kepemimpinan Sultan Agung Prabu Hanyokrokusumo atau lebih
dikenal dengan sebutan Sultan Agung. Mataram mampu berekspansi ke seluruh Pulau
Jawa dan menyerang VOC di Batavia.
VOC mengangkat Pakubuwana I (Puger)
sebagai raja karena VOC tidak menyukai Amangkurat III karena menentang VOC.
Akibatnya Mataram mempunyai dua raja yang menyebabkan perpecahan internal. Kekacauan
politik baru dapat diselesaikan pasa masa Pakubuwana III setelah pembagian
wilayah Mataram menjadi dua yaitu Kesultanan Ngayogyakarta dan Kasunanan
Surakarta. Berakhirlah
era Mataram sebagai satu kesatuan politik dan wilayah.Walaupun demikian sebagian
masyarakat Jawa beranggapan bahwa Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta adalah "ahli waris" dari
Kesultanan Mataram.
Sunan Kalijaga (Raden Said) merupakan
tokoh sentral dalam pembentukan masyarakat Islam di Jogja. Keberadaan Wali
Songo dalam khasanah perkembangan Islam di Indonesia ternyata menjadi catatan
penting yang menunjukkan adanya hubungan antara negeri Nusantara dengan
kekhilafahan Islamiyah, yang kala itu di pimpin oleh Sultan Muhammad I
(808H/1404M), juga dikenal sebagai Sultan Muhammad Jalabi atau Celebi dari
Kesultanan Utsmani.
Dalam catatan sejarah, Sunan Kalijaga,
memberikan andil yang begitu besar. Hasilnya adalah terdapat sejumlah upacara
kerajaan yang telah diislamisasi sebagai syiar Islam di tengah masyarakat,
seperti sekaten, rejeban, grebeg, upacara takjilan dan tentu saja wayang yang
masih ada hingga kini. Wayang, sebagai salah satu contoh, merupakan sarana yang
digunakan oleh Sunan Kalijaga sebagai media mendakwahkan Islam
(dakwahtainment).
Keraton menjadi simbol eksistensi
kekuasaan Islam, meski berada dalam penguasaan Belanda. Sebagaimana kerajaan
Islam di Jawa sebelumnya, seperti Demak, Jipang, Pajang, setiap keraton
memiliki masjid dan alun-alun. Masjid inilah yang nantinya memegang peranan
penting dalam membangun kebudayaan Islam, termasuk dipergunakan oleh sultan
untuk berhubungan dengan para bawahannya dan masyarakat umum.
Komentar
Posting Komentar