Oleh Sekar Widya Safitri, 17/416411/SV/14149, Kearsipan-C
Masjid
Menara Kudus adalah masjid kuno yang memiliki desain arsitektur, sejarah, dan
budaya akulturasi Hindu-Budha dengan Islam. Masjid ini terletak di Desa Kauman,
Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Masjid tersebut didirikan oleh
Syekh Jafar Sodiq atau biasa kita kenal dengan Sunan Kudus di tahun 1549 M yang
awalnya bernama Masjid Al-Aqsha. Nama Al-Aqsha terdapat pada sebuah prasasti
yang terpasang di atas mihrab.
Budaya
Hindu-Jawa tercermin dari bangunan yang mirip candi. Sedangkan untuk budaya Islam
terlihat dari penggunaannya untuk adzan. Cerminan akulturasi dari masjid ini
juga tercermin dari corak bagian gapura dan bagian dalam masjid yang memiliki
sepasang gapura kuno yang disebut dengan”Lawang Kembar”.
Saat
Islam masuk ke Nusantara sekitar abad ke-7, masyarakat memang masih sangat
terpengaruh dengan kebudayaan Hindu-Budha. Kemudian Wali Songo termasuk Sunan
Kudus sendiri memperkenalkannya menggunakan strategi percampuran budaya Hindu
dan Islam.
Tempat
wudhu di Masjid Menara Kudus memiliki delapan pancuran yang dilengkapi dengan arca
yang terletak di atasnya. Konsep arsitektur tempat wudhu ini diyakini
mengadaptasi dari keyakinan Budha (Delapan Jalan Kebenaran atau Sanghika Marga).
Contoh
lain terlihat pada tradisi “Ampyang Maulid” yang merupakan sebuah perayaan di
Kabupaten Kudus yang dilaksanakan oleh masyarakat Loram Kulon guna memperingati
maulid Nabi Muhammad SAW yang diselenggarakan setiap tanggal 12 Rabi’ul Awwal. Konsep
ini dapat diartikan sebagai perayaan yang bernuansa dakwah Islamiyah yang
dilaksanakan oleh masyarakat Desa Loram Kulon. Peringatan tersebut diisi dengan
shodaqoh yang diwujudkan dalam bentuk tandu yang berisi makanan, hasil bumi,
buah-buahan, yang dihiasi kerupuk waena-warni.
Komentar
Posting Komentar