PERKEMBANGAN ISLAM DI KUDUS

PERKEMBANGAN ISLAM DI KUDUS


Nama : Talia Evi Septiani
NIM : 17/410886/SV/12813
Kelas : Arsip C


      Salah satu akulturasi budaya Islam dengan Hindu Budha adalah masjid. Masjid menara Kudus merupakan masjid kuno yang memiliki desain arsitektur, sejarah dan unsur budaya akulturasi. Masjid ini berlokasi di desa Kauman, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Akulturasi budaya merupakan perpaduan antara budaya lama dengan budaya modern tanpa meninggalkan unsur-unsur budaya yang telah ada sebelumnya. 

      Masjid yang didirikan oleh Syekh Jafar Sodiq yang lebih dikenal sebagai Sunan Kudus tahun 1549 M atau 956 H ini awalnya bernama Masjid Al-Aqsha. Nama ini sendiri terdapat pada sebuah prasasti yang terpasang di bagian atas mihrab. Budaya Hindu Jawa tercermin dari bangunan yang mirip candi. Sedangkan untuk budaya Islam tercermin dari penggunaannya untuk adzan. Cerminan akulturasi dari masjid ini juga tercermin dari corak bagian gapura dan juga pada bagian dalam masjid yang memiliki sepasang gapura kuno yang disebut dengan "Lawang Kembar".

     Pada masa Islam masuk ke Nusantara pada sekitar abad ke-7, masyarakat Nusantara memang masih sangat terpengaruh dengan kebudayaan Hindu dan Budha. Kemudian para penyebar agama Islam di Jawa (Wali Songo) termasuk Sunan Kudus sendiri dalam memperkenalkannya menggunakan percampuran budaya Hindu dan Islam. Tempat Wudlu di Masjid Menara Kudus memiliki delapan pancuran dan juga dilengkapi arca yang diletakkan di atasnya. Konsep arsitektur tempat wudlu seperti ini diyakini mengadaptasi dari keyakinan Budha yaitu Delapan Jalan kebenaran atau Asta Sanghika Marga.

      Selanjutnya yakni tradisi yang di lakukan oleh masyarakat Kabupaten Kudus. Ampyang Maulid adalah sebuah perayaan di Kabupaten Kudus yang dilaksanakan oleh masyarakat Loram Kulon guna memperingati maulid Nabi Muhammad SAW. Ampyang maulid menjadi salah satu budaya yang dilestarikan sampai sekrang dan diperingati setiap tanggal 12 Robi'ul Awwal. Karakteristik Ampyang Maulid dapat diartikan sebagai perayaan yang bernuansa da'wah Islamiyah yang diisi dengan sodaqoh yang diwujudkan dalam bentuk tantu yang berisi makanan, hasil bumi, buah-buahan, yang dihiasi kerupuk warna-warni.

Komentar