Perkembangan Islam di Kudus

Oetari Nur Permadi
17/415558/SV/13423
Kearsipan C

Perkembangan Islam di Kudus

Akulturasi Budaya Islam Hindu Budha di Kudus
Islam masuk ke Nusantara sekitar abad ke-7, masyarakat Nusantara masih terpengaruh dengan kebudayaan HIndu-Budha. Kemudian para penyebar agama islam di Jawa (Wali Songo), termasuk Sunan Kudus. Beliau menyebarkan agama islam menggunakan strategi pencampuran budaya Hindau-Islam.
Menurut KBBI, Akulturasi adalah percampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan saling mempengaruhi. Salah satu akulturasi budaya isalm hindu-budha adalah masjid. Contohnya adalah masjid menara kudus terletak di desa Kauman, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Masjid kudus  merupakan masjid kuno yang memiliki desain arstektur, sejarah dan unsur budaya akulturasi. Masjid ini didirikan oleh Syekh Jafar Sodiq yang lebih dikenal sebagai Sunan Kudus tahun 1549 M atau 956 H yang pada awalnya bernama Masjid Al-Aqsha(nama ini terdapat pada prasasti di bagian atas mihrab.
Cerminan akulturasi dari masjid ini adalah masjid ini memiliki sepasang gapura kuno yang disebut dengan “Lawang Kembar”. selain itu, tempat wudhunya memiliki delapan pancuran dan juga dilengkapi arca yang diletakkan diatasnya. Konsep ini mengadaptasi dari keyakinan Budha yaitu Delapan Jalan Kebenaran atau Asta Sanghika Marga.

Ampyang Maulid
Merupakan perayaan di kabupaten Kudus yang dilaksanakan oleh masyarakat Loram Kulan untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Ampyang Maulid dijadikan sebagai budaya yang dilestarikan sampai sekarang dan diperingati setiap tanggal 12 Robi’l Awwal. Ampyang Maulid dapat diartikan sebagai perayaan yang bernuansa da’wah Islamiyah.Peringatan ini diisi dengan shodapoh yang diwujudkan dalam bentuk tandu yang berisi makanan, hasil bumi, buah-buahan, yang dihiasi kerupuk warna-warni

Komentar