perkembangan islam di kudus

Nama : Rohmah
NIM   : 17/416409/SV/14147
Kelas  : Kearsipan C

Perkembangan Islam di Kudus 

Akulturasi diartikan sebagai proses perpaduan antara dua kebudayaan atau lebih sehingga melahirkan bentuk kebudayaan baru. Salah satu akulturasi budaya islam dengan hindu budha adalah masjid. Masjid Menara Kudus merupakan masjid kuno yang memilliki desain arsitektur, sejarah, dan unsur budaya. Masjid yang didirikan oleh Syekh Jafar Sodiq yang lebih dikenal sebagai sunan Kudus tahun 1549 M atau 956 H ini awalnya bernama Masjid Al Aqsha. Budaya Hindu-Jawa tercermin dari bangunan yang mirip candi. Sedangkan untuk budaya Islam tercermin dari penggunaan untuk adzan. Cerminan akulturasi dari masjid ini juga tercermin dari corak bagian gapura dan juga pada bagian dalam masjid yang memiliki sepasang gapura kuno yang disebut “lawang kembar”.
Pada saat Islam masuk ke Nusantara sekitar abad ke-7, masyarakat Nusantara masih sangat terpengaruh dengan kebudayaan Hindu-Budha. Kemudian para wali songo, termasuk sunan Kudus menggunakan strategi percampuran budaya Hindu dan Islam. Tempat wudlu di  masjid Menara Kudus memiliki delapan pancuran dan juga dilengkapi arca yang diletakkan diatasnya. Konsep arsitektur tempat wudlu seperti ini diyakini mengadaptasi dari keyakinan Budha yaitu Delapan Jalan Kebenaran atau Asta Sanghika Marga.

Ampyang Maulid adalah sebuah perayaan di Kabupaten Kudus yang dilaksanakan oleh masyarakat Loram Kulon guna memperingati mauled Nabi Muhammad SAW. Ampyang maulid menjadi salah satu budaya yang dilestarikan sampai sekarang dan diperingati setiap tanggal 12 Robi’ul Awwal. Peringatan tersebut diisi dengan shodaqoh yang diwujudkan dalam bentuk tandu yang berisi makanan hasil bumi, buah-buahan, yang dihiasi kerupuk warna warni. 

Komentar