PERKEMBANGAN ISLAM DI KUDUS: Akulturasi Budaya Islam dengan Hindu-Buddha di Kudus

oleh
Titania Citra Noora
17/416415/SV/14153
Kearsipan C

                Pada saat Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-7, masyarakat Nusantara memang masih sangat terpengaruh dengan kebudayaan Hindu-Buddha. Kemudian para penyebar agama Islam di Jawa yang kita kenal dengan Wali Songo, termasuk Sunan Kudus sendiri dalam memperkenalkannya menggunakan strategi pencampuran budaya Hindu-Buddha dengan Islam.

a.       Masjid

Salah satu akulturasi budaya Islam dengan Hindu-Buddha adalah masjid. Masjid Menara Kudus merupakan masjid kuno yang memiliki desain arsitektur, sejarah, dan unsur budaya akulturasi. Masjid ini berlokasi di Desa Kauman, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
Masjid yang didirikan oleh Syekh Jafar Sodiq yang lebih dikenal sebagai Sunan Kudus tahun 1549 M atau 956 H ini awalnya bernama Masjid Al-Aqsha. Nama ini sendiri terdapat pada sebuah prasasti yang terpasang di bagian atas mihrab.
Budaya Hindu-Buddha di masjid ini tercermin pada bangunannya yang mirip candi. Sedangkan untuk budaya Islam tercermin dari penggunaannya untuk adzan. Cerminan akulturasi dari masjid ini juga tercermin dari corak bagian gapura dan juga pada bagian dalam masjid yang memiliki sepasang gapura kuno yang disebut dengan “Lawang Kembar.”
Tempat wudhu di Masjid Menara Kudus memiliki delapan pancuran dan juga dilengkapi dengan arca yang diletakkan di atasnya. Konsep arsitektur tempat wudhu seperti ini diyakini mengadaptasi dari keyakinan Buddha yaitu Delapan Jalan Kebenaran atau Asta Sanghika Marga.

b.      Ampyang Maulid

Ampyang Maulid adalah sebuah perayaan di Kudus yang dilaksanakan oleh masyarakat Loram Kulon guna memperingati maulid Nabi Muhammad SAW. Ampyang Maulid ini menjadi salah satu budaya yang dilestarikan sampai sekarang dan diperingati setiap tanggal 12 Rabiul Awwal.
Karakteristik Ampyang Maulid ini dapat diartikan sebagai perayaan yang bernuansa dakwah islamiyah yang dilaksanakan oleh masyarakat Desa Loram Kulon di Masjid Wali Loram Kulon.
Peringatan tersebut diisi dengan sodaqoh yang diwujudkan dalam tandu yang berisi makanan, hasil bumi, buah-buahan, yang dihiasi oleh kerupuk warna warni.




Komentar