PERKEMBANGAN ISLAM DI KUDUS - SONIA IMAS YUSTISIA(17/415562/SV/13427)



Sonia Imas Yustisia
17/415562/SV/13427
Kearsipan C

                                               PERKEMBANGAN ISLAM DI KUDUS

  • Akulturasi Budaya Islam dan Hindu Budha di Kudus.

Akulturasi merupakan proses percampuran dua atau lebih kebudayaan tanpa menghilangkan ciri aslinya. Akulturasi budaya Islam dengan Hindu Budha adalah Masjid Menara Kudus yang terletak di Desa Kauman, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Didirikan oleh Sunan Kudus pada tahun 1549 M dengan memiliki desain arsitektur, sejarah dan unsur budaya akulturasi.
Dulu masjid ini bernama Masjid Al Aqsa sesuai nama prasasti yang berada di bagian atas mihrab. Budaya Islam tercermin dari penggunaan bangunan masjid adzan. Budaya Hindu-Jawa terlihat dari bangunan yang mirip candi dan corak bagian gapura kuno yang disebut dengan “Lawang Kembar”. Tempat wudlu di Masjid Menara Kudus memiliki delapan pancuran dan arca yang diletakkan di atasnya. Hal ini diyakini mengadaptasi dari keyakinan Budha yaitu Delapan Jalan Kebenaran atau Asta Sanghika Marga.
Pada saat Islam masuk ke Nusantara pada sekitar abad ke-7, masyarakat Nusatara memang masih sangat terpengaruh dengan kebudayaan Hindu dan Buddha. Kemudian para penyebar agama Islam di Jawa (Wali Songo), termasuk Sunan Kudus sendiri dalam memperkenalkannya menggunakan strategi percampuran budaya Hindu dan Islam.


  •  Ampyang Maulid

Kudus memiliki perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW yang disebut dengan Ampyang Maulid yang diperingati setiap tanggal 12 Robi’ul Awwal. Ampyang Maulid merupakan perayaan yang bernuansa dakwah Islamiyah. Acara tersebut diisi dengan shodaqoh yang diwujudkan dalam bentuk tandu yang berisi makanan, hasil bumi, buah-buahan, yang dihiasi kerupuk warna warni.

Komentar