Akulturasi Budaya di Kudus

Nama : Riannisa Dzikrina
NIM : 17/415559/SV/13424


Akulturasi merupakan proses percampuran dua atau lebih kebudayaan tanpa menghilangkan ciri aslinya. Salah satu wujud akulturasi budaya Islam dengan Hindu Budha adalah Masjid Menara Kudus yang terletak di Desa Kauman, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Masjid ini didirikan oleh Sunan Kudus pada tahun 1549 M dengan memiliki desain arsitektur, sejarah dan unsur budaya akulturasi. Salah satu akulturasi budaya islam dengan hindu budha adalah masjid. Salah satunya yaitu masjid menara kudus. Masjid menara kudus merupakan masjid kuno yang memiliki desain arsitektur, sejarah dan unsur budaya akulturasi. Masjid ini  berlokasi di desa Kauman, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.​ Masjid menara Kudus ini didirikan oleh Syekh Jafar Sodiq yang lebih dikenal sebagai Sunan Kudus tahun tahun 1549 M atau 956 H ini awalnya bernama Masjid Al Aqsha. Nama ini sendiri terdapat pada sebuah prasasti yang terpasang di bagian atas mihrab. ​
Budaya Hindu-Jawa  tercermin dari bangunan yang mirip candi. Sedangkan untuk budaya Islam tercermin dari penggunaannya untuk adzan. Cerminan akulturasi dari masjid ini juga tercermin dari corak bagian gapura dan juga pada bagian dalam masjid yang memiliki sepasang gapura kuno yang disebut dengan “Lawang Kembar”. ​
Pada saat Islam masuk ke Nusantara pada sekitar abad ke-7, masyarakat Nusatara memang masih sangat terpengaruh dengan kebudayaan Hindu dan Buddha. Kemudian para penyebar agama Islam di Jawa (Wali Songo), termasuk Sunan Kudus sendiri dalam memperkenalkannya menggunakan strategi percampuran budaya Hindu dan Islam.
Tempat wudlu di Masjid Menara Kudus memiliki 8 pancuran dan juga dilengkapi arca yang diletakkan di atasnya. Konsep arsitektur tempat wudlu seperti ini  diyakini mengadaptasi dari keyakinan Budha. Ampyang Maulid adalah sebuah perayaan di Kabupaten Kudus yang dilaksanakan oleh masyarakat Loram Kulon guna memperingati maulid Nabi Muhammad SAW. Ampyang maulid menjadi salah satu budaya yang dilestarikan sampai sekarang dan diperingati setiap tanggal 12 Robi’ul Awwal. Karakteristik Ampyang Maulid dapat diartikan sebagai perayaan yang bernuansa da’wah Islamiyah yang dilaksanakan oleh Masyarakat Desa Loram Kulon dalam rangka memperingati hari lahirnya Nabi Muhammad SAW di Masjid Wali Loram Kulon.​ Peringatan tersebut diisi dengan shodaqoh yang diwujudkan dalam bentuk tandu yang berisi makanan, hasil bumi, buah-buahan, yang dihiasi kerupuk warna warni.​
Ampyang maulid adalah sebuah perayaan di Kudus yang dilaksanakan oleh masyarakat Loram Kulon. Budaya ini sudah dilestarikan sampai sekarang dan diperingati setiap tanggal 12 Robi’ul Awwal. Ampyang Maylid memiliki tujuan memperingati hari lahirnya Nabi Muhammad as di masjid Wali Loram Kulon. Peringatan ini dilakukan dengan shodaqoh yang diwujudkan dalam bentuk tandu yang berisi makanan, asil bumi, buah-buahan yang dihiasi dengan aneka krupuk warna-warni. Dengan demikian proses perkembangan islam di Kudus terus berjalan.

Komentar