Sejarah Penyebaran Islam di Yogyakarta

Nama : Sinta Novitasari
NIM   : 17/415561/SV/13426
Kelas : KearsipanC

Sejarah Penyebaran Islam di Yogyakarta
        Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu kesultanan yang ada di Indonesia, yakni Kesultanan Mataram. Kesultanan Mataram adalah Kerajaan Islam yang dibangn pada abad ke 16 yang menurut silsilah berasal dari Demak. Ketika itu, Kerajaan Demak dipindah ke Pajang dibawah pimpinan Jaka Tingkir atau Sultan Hadiwijaya. Setelah Pajang jatuh, kerajaan Islam kemudian dipindah ke Mataram oleh Raden Sutawijaya. Wilayahnya meliputi Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur.
        Pada masa kekuasaan Sultan Agung atau Mas Rangsang, Mataram berekspansi mencari pengaruh di Jawa. Wilayahnya mencakup Pulau Jawa dan Madura. Kemudian ia memindahkan lokasi kraton ke Kerta. Akibatnya terjadi peperangan antara Mataram dan VOC di Batavia pada tahun 1628-1629. Mataram berkoalisi dengan Kesultanan Banten dan Kesultaan Cirebon. Setelah Sultan Agung wafat, ia digantikan oleh putranya, yaitu Amangkurat I. Setelah itu digantikan oleh Amangkurat II. Pada masa itu, banyak masyarakat yang protes dan tidak puas dengan hasil kerjanya. Hal itu dikarenakan Amangkurat II sangat patuh dengan VOC. Kemudian kraton dipindahkan ke Kartasura pada tahun 1680. Karena kraton yang lama sudah dianggap tercemar. Amangkurat II kemudian digantikan oleh Amangkurat III (11703-1708), Pakubuwana I (1714-1719), Amangkurat IV (1719-1726), dan Pakubuwana II (1726-1749). Tetapi, VOC tidak menyukai Amangkurat III karena ia menentang VOC sehingga terjadi kekacauan politik. Kekacauan politik tersebut dapat diselesaikan pada masa Pakubuwana III setelah adanya Perjanjian Giyanti. Perjanjian tersebut berisi wilayah Mataram dibagi menjadi dua, yaitu Kesultanan Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta.
        Masuknya Islam di Yogyakarta tidak terlepas dari peranan walisongo terutama Sunan Kalijaga. Walisongo memberikan pengaruh yang sangat besar kepada Kesultanan Mataram di Jogja. Jogja pada saat itu masih kental dengan warisan budaya Majapahit mulai diarahkan pada budaya dan pola interaksi yang islami. Hasilnya, terdapat sejumlah upacara, seperti sekaten, rejeban, grebeg, dan wayang yang masih ada hingga kini.
        Menurut catatan Adaby Darban, dalam sejarah kauman, dibangunlah Keraton Yogyakarta pada 9 Oktober 1775 M. Keraton menjadi simbol eksistensi kekuasaan Islam, meski berada dalam penguasaan Belanda. Sebagaimana Kerajaan Islam di Jawa sebelumnya seperti Demak, Jipang, dan Pajang. Setiap kraton memiliki masjid dan alun-alun yang menjadi peranan penting dalam membangun kebudayaan Islam. Selain itu, dapat juga digunakan Sultan untuk berhubungan dengan para bawahan dan masyarakat umum.

Komentar