Sejarah Penyebaran Islam di Yogyakarta



                 NAMA : RIZKI LISTIANI
                 NIM      : 17/416408/SV/14146
                 KELAS : ARS C

Sejarah Penyebaran Islam di Yogyakarta

Kesultanan Mataram dibangun pada abad 16 menurut silsilah berasal dari Kerajaan Islam Demak yang dipindahkan ke Pajang di bawah pimpinan Sultan Hadiwijaya. Setelah Pajang jatuh dipindahkan ke Mataram oleh Raden Sutawijaya. Wilayah Mataram meliputi Jawa Tengah, DIY dan Jawa Timur. Sesudah naik tahta Mas Rangsang bergelar Sultan Agung berekspansi mencari pengaruh di Jawa. Sultan Agung memindahkan lokasi Kraton ke Kerta. Akibatnya terjadi peperangan antara Mataram melawan VOC di Batavia tahun 1628-1629. Setelah wafat Sultan Agung digantikan putranya Amangkurat. Kekacauan politik yang terjadi baru dapat diselesaikan pada masa Pakubuwana III setelah pembagian wilayah Mataram menjadi dua yaitu Kesultanan Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta yang tertuang dalam Perjanjian Giyanti. 
Masuknya islam di Yogyakarta tidak lepas dari peran Wali Songo terutama Sunan Kalijaga. Hal ini dapat dilihat dengan adanya sejumlah upacara kerajaan yang telah diislamisasi sebagai syiar islam seperti sekaten, rejeban, grebeg, upacara takjilan, dan wayang. Wayang sebagai media dakwah islam yang digunakan oleh Sunan Kalijaga. Adapun Grebeg yang artinya mengikuti yakni upacara menghantarkan Sultan dari Keraton menuju masjid untuk mengikuti perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW yang diikuti pembesar dan pengawal istana lengkap dengan nasi gunungnya. Sedangkan Sekaten berasal dari bahasa Arab syahadatain yang artinya dua syahadat, merupakan nama dua buah gamelan yang diciptakan oleh Sunan Kalijaga dan ditabuh pada hari-hari tertentu atau pada perayaan Maulid Nabi di Masjid Agung.
Berdasarkan dari catatan Adaby Darban dalam sejarah Kauman, menguak identitas Kampung Muhammadiyah pada masa kekuasaan Mangkubumi, dibangunlah Keraton Yogyakarta pada 9 Oktober 1775 M. Keraton menjadi simbol kekuasaan islam. Sebagaimana kerajaan islam di Jawa sebelumnya seperti Demak, Jipang, dan Pajang, setiap keraton memiliki masjid dan alun-alun. Masjid ini yang akan memegang peranan penting dalam membangun dan mengembangkan kebudayaan islam. Termasuk digunakan oleh sultan untuk berhubungan dengan para bawahannya dan masyarakat umum.

Komentar