Sejarah Masuknya Islam ke Yogyakarta

Retno Pratiwi (17/416406/SV/14144)
Kearsipan C

Masuknya Islam ke Yogyakarta 

      Daerah Istimewa Yogyakarta secara geografis terletak di selatan Pulau Jawa dan berbatasan dengan provinsi Jawa Tengah disebelah utaranya memiliki salah satu kesultanan Islam di Indonesia yaitu Kesultanan Mataram yang dibangun pada abad ke-16 menurut silsilah Kerajaan Demak. Saat itu Kerajaan Demak dipindah ke Pajang dengan dipimpin Jaka Tingkir. Setelah Pajang jatuh, kerajaan dipindah ke Mataram oleh Raden Sutawijaya dengan wilayah kekuasaan meliputi Jawa Tengah, DIY dan Jawa Timur. Mataram mencapai kejayaan pada masa Sultan Agung dan Mataram berekspansi mencari pengaruh di Jawa. Wilayahnya mencakup Pulau Jawa dan Madura. Sultan Agung memindahkan lokasi Kraton ke Kerta. Sehingga terjadi gesekan antara Mataram dan VOC di Batavia (1628-1629). Mataram lalu berkoalisi dengan Kesultanan Banten dan Kesultanan Cirebon. Setelah wafat ia digantikan Amangkurat I (putranya).
      Amangkurat II sangat patuh terhadap VOC sehingga kalangan istana banyak yang tidak puas dan banyak terjadi pemberontakan. Pada masanya, Kraton dipindahkan lagi ke Kartasura (1680). Pengganti Amangkurat II berturut-turut adalah Amangkurat III, Pakubuwana I, Amangkurat IV , Pakubuwana II. VOC tidak menyukai Amangkurat III karena banyak menentang VOC. Sehingga VOC mengangkat Pakubuwana I sebagai raja, sehingga Mataram memiliki dua raja dan menyebabkan masalah internal. Amangkurat III memberontak dan tertangkap di Batavia lalu dibuang ke Ceylon. Kekacauan politik selesai  pada masa Pakubuwana III sehingga Mataram dibagi menjadi Kasultanan Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta (13 Februari 1755) dengan perjanjian giyanti. 
      Mataram Islam melahirkan kebudayaan seperti grebeg, sekaten, upacara takjilan dan wayang. Sunan Kalijaga sebagai tokoh sentralnya. Dan Kraton sebagai simbol eksistensi kekuasaan Islam di Yogyakarta. 

Komentar