Sejarah Masuknya Islam ke Demak, Jawa Tengah

         
 Titania Citra Noora
17/416415/SV/14153
Kearsipan C


          Seperti yang kita ketahui, sebelum Islam masuk ke Pulau Jawa, masyarakat telah menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Agama Hindu-Buddha pun telah masuk ke Pulau Jawa dan membentuk kerajaan-kerajaan besar. Kemudian, Islam masuk dan meluas ke Pulau Jawa pada abad ke-13 melalui daerah pesisir Pantai Utara Jawa yang dibawa oleh pedagang Muslim. Buktinya adalah dengan ditemukannya makam Fatimah binti Maimun (1082 M) dan Maulana Malik Ibrahim (1419 M).
          Pada abad ke-13 tersebut telah berdiri kerajaan Islam pertama dengan rajanya Sultan Malikus Shaleh. Dari Pasai inilah, agama Islam terus berkembang menelusuri pantai sampai ke Pulau Jawa. Fatimah binti Maimun yang makamnya ditemukan di Leren, Gresik adalah keturunan dari Hibatullah, dinasti dari Persia. Selanjutnya, makam dari Maulana Malik Ibrahim atau yang lebih dikenal dengan Sunan Gresik ditemukan di Kampung Gapuro.
          Penyebaran agama Islam di Demak dimulai oleh Raden Patah atas petunjuk Raden Rahmat. Para penduduk Muslim di sekitar Demak juga ikut berperan dalam memajukan perdagangan di daerah pesisir Pantai Utara Jawa. Raden Patah merupakan keturunan Majapahit yaitu anak dari Prabu Brawijaya V—yang saat itu berkuasa di Majapahit—dengan Putri Campa. Berita perkembangan Islam tersebut sampai di telinga Prabu Brawijaya V, kemudian Prabu Brawijaya V mengangkat Raden Patah menjadi adipati yang berkuasa penuh di Demak. Atas petunjuk Raden Rahmat, Raden Patah memperkuat kedudukan Demak. Dakwah Islam diperkuat dan masjid-masjid dibangun. Juga didirikan pos-pos untuk penyiaran agama Islam di setiap tempat strategis sehingga Islam dapat berkembang dengan mudah ke daerah-daerah di bawah kekuasaan Majapahit.
          Di sisi lain, wilayah kekuasaan Majapahit semakin menyempit dikarenakan adanya perpecahan hingga perang saudara. Hingga Ranawijaya dari Daha berhasil mengambil alih kekuasaan Prabu Brawijaya V. Kemudian Ranawijaya melanjutkan penyerangan terhadap pusat kekuasaan Islam di Demak. Peperangan berakhir dengan kemenangan Demak. Dengan kemenangan ini, Kerajaan Demak resmi berdiri pada tahun 1478 M.
          Sejarah masuknya Islam di Demak juga tidak lepas dari peran Wali Songo, yaitu :

a.    Sunan Gresik ( Maulana Malik Ibrahim )
Beliau merupakan ahli tata negara yang berasal dari Turki dan datang ke Jawa pada 1404 M. Di Gresik, beliau mendirikan pesantren dan mengarahkan masyarakat agar tingkat kehidupannya meningkat. Beliau wafat di Gresik pada 1419 M.

b.   Sunan Ampel ( Raden Rahmat )
Raden Rahmat adalah putra dari Maulana Malik Ibrahim. Beliau mendirikan pesantren di Ampel, Surabaya. Raden Rahmat merupakan perancang berdirinya kerajaan Islam di Pulau Jawa sekaligus yang mengangkat Raden Patah sebagai sultan pertama di Demak. Beliau juga ikut mendirikan Masjid Agung Demak pada 1479 M. Sunan Ampel wafat pada tahun 1481 M dan dimakamkan di sebelah Masjid Ampel.

c.    Sunan Bonang ( Raden Makdum Ibrahim )
Beliau merupakan putra dari Sunan Ampel. Sunan Bonang dianggap sebagai pencipta gending pertama dalam rangka mengembangkan Islam di pesisir utara Jawa Timur. Raden Makdum Ibrahim mendirikan pesantren di Tuban, Jawa Timur. Beliau wafat di Pulau Bawean pada tahun 1525 M.

d.   Sunan Giri (Raden Paku)
Sunan Giri secara aktif ikut merencanakan berdirinya Kerajaan Demak dan terlibat dalam penyerangan ke Majapahit sebagai penasihat militer. Beliau mendirikan pondok pesantren yang dinamakan Pesantren Giri.

e.    Sunan Drajat (Raden Qasim)
Sunan Drajat lahir pada 1450 M yang merupakan anak bungsu dari Sunan Ampel. Di Desa Jelak, Sunan Drajat mendirikan surau dan pesantren. Desa Jelak semakin berkembang hingga berubah menjadi Banjaranyar. Beliau mengajarkan Islam melalui konsep dakwah bil hikam, dengan cara bijak tanpa memaksa. Sunan Drajat juga berdakwah  dengan menggunakan kesenian Jawa. Salah satu tembang ciptaannya adalah tembang Mijil.

f.     Sunan Kalijaga (Raden Sahid)
Sunan Kalijaga merupakan murid dari Sunan Bonang. Sunan Kalijaga menggunakan kesenian dalam menyebarkan agama Islam, antara lain dengan wayang, sastra, dan kesenian lainnya. Sebagian wayang dipetik dari cerita Mahabarata dan Ramayana namun diselipkan ajaran agama Islam.

g.    Sunan Kudus (Jafar Sa’diq)
Sunan Kudus merupakan ahli dalam ilmu fiqih, tauhid, hadits, tafsir, dan logika. Beliau dijuluki wali al-‘ilm (wali yang luas ilmunya). Ia mendirikan Masjid Al-Manar (Masjid Menara Kudus) di daerah Loran pada tahun 1549 M. Untuk selanjutnya daerah tersebut berganti nama menjadi Kudus. Sunan Kudus wafat pada tahun 1550 M dan dimakamkan di Kudus.

h.   Sunan Muria (Raden Umar Said)
Sunan Muria merupakan putra dari Sunan Kalijaga. Dalam berdakwah, Sunan Muria menggunakan alat musik gamelan sebagai media. Sasaran dakwah Sunan Muria adalah masyarakat yang tinggal di pedesaan dan jauh dari pusat pemerintahan maupun kota. Oleh karena itu beliau mendirikan pesantren di lereng Gunung Muria.

i.     Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)
Sunan Gunung Jati berasal dari Makkah. Ia berangkat ke tanah Jawa pada tahun 1470 M dan mendirikan pesantren di Gunung Jati. Sunan Gunung Jati membangun Masjid Agung Sang Ciptarasa pada tahun 1480 M. Masjid ini sering dijadikan pusat pertemuan Wali Songo untuk membicarakan masalah yang sedang dihadapi saat itu.


Komentar