Sejarah Masuknya Islam di Pulau Jawa (Studi Kasus Demak)

Nama : Muhammad Musyarroful A'la
NIM   : 17/416397/SV/14135
Kelas  : Kearsipan SV C

SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI JAWA (STUDI KASUS DEMAK)


A.    Latar Belakang Penyebaran Islam di Jawa khususnya di Demak, Jawa Tengah.
Islam masuk ke Jawa melalui daerah pesisir pantai utara Jawa yang dibawa oleh pedagang Muslim. Bukti masuknya Islam di Jawa adalah dengan ditemukannya makam Fatimah binti Maimun (1082 M) dan Maulana Malik Ibrahim. Selanjutnya Islam berkembang di Pulau Jawa melalui perdagangan, pendidikan, perkawinan, politik, dan kesenian.
Agama Islam masuk ke tanah Jawa melalui daerah pesisir utara Jawa dengan perantara pedagang Muslim. Bukti nyata masuknya Islam di tanah Jawa adalah dengan ditemukannya makam Fatimah binti Maimun (1082 M) di Desa Leran, Gresik. Fatimah merupakan keturunan dari Hibatullah, dinasti dari Persia. Di Kampung Gapuro, Gresik, juga ditemukan makam Maulana Malik Ibrahim (1419 M) yang merupakan satu dari sembilan wali (Wali Songo) yang berjasa dalam menyebarkan Islam di Jawa.
Berdirinya kerajaan islam di Demak, dimulai oleh Raden Patah atas petunjuk Raden Rahmat. Selain itu terdapat peran serta penduduk Muslim sekitar Demak yang telah memajukan perdagangan di daerah pesisir pantai utara Jawa. Pesatnya perkembangan Islam tersebut kemudian diketahui oleh Prabu Brawijaya V yang saat itu berkuasa di Majapahit. Raden Patah merupakan keturunan Majapahit yaitu dari Prabu Brawijaya V dengan Putri Campa. Oleh Prabu Brawijaya V, Raden Patah diangkat menjadi adipati yang berkuasa penuh di Demak. Atas petunjuk Raden Rahmat, Raden Patah memperkuat kedudukan Demak. Dakwah Islam diperkuat dan masjid dibangun. Kemudian didirikanlah pos-pos untuk penyiaran agama Islam di setiap tempat yang strategis sehingga Islam dapat berkembang dengan mudah ke daerah-daerah di bawah kekuasaan Majapahit.

B.     Peranan Wali Songo dalam Penyebaran Islam di Pulau Jawa.
1.      Sunan Kalijaga (Raden Sahid)
Sunan Kalijaga merupakan murid dari Sunan Bonang. Sunan Kalijaga menggunakan kesenian dalam menyebarkan agama Islam, antara lain dengan wayang, sastra, dan kesenian lainnya. 
2.       Sunan Kudus (Jafar Sa’diq)
Sunan Kudus merupakan ahli dalam ilmu fiqih, tauhid, hadits, tafsir, dan logika. Ia dijuluki wali al-‘ilm (wali yang luas ilmunya). Ia yang mendirikan Masjid Menara Kudus pada tahun 1549 M. Untuk selanjutnya daerah tersebut berganti nama menjadi Kudus. Sunan Kudus wafat pada tahun 1550 M dan dimakamkan di Kudus.
3.      Sunan Muria (Raden Umar Said)
Sunan Muria merupakan putra dari Sunan Kalijaga. Dalam berdakwah, Sunan Muria menggunakan alat musik gamelan sebagai media. Sasaran dakwah Sunan Muria adalah masyarakat yang tinggal di pedesaan dan jauh dari pusat pemerintahan maupun kota. Oleh karena itu, Ia mendirikan pesantren di lereng Gunung Muria.
4.      Sunan Ampel 
Beliau berasal dari Campa (Aceh) dengan nama kecil Raden Rahmat. Beliau ikut mendirikan masjid Agung Demak yang dibangun sekitar tahun 1479 M dan beliau juga berperan dalam perencanaan berdirinya Kerajaan Islam Demak. Pusat dakwahnya berada di Ampeldenta Surabaya sehingga dikenal dengan Sunan Ampel.
5.      Sunan Bonang
Beliau adalah putra dari Sunan Ampel. Beliau melakukan dakwah penyebaran Islam di wilayah Tuban, Jawa Timur
6.      Sunan Drajat
Lahir pada 1450 M yang merupakan anak bungsu dari Sunan Ampel, Sunan Drajat  berdakwah dengan menggunakan kesenian jawa yaitu temang mijil.
7.      Sunan Gresik
Sunan Gresik merupakan ahli tata negara yang berasal dari Turki. beliau datang ke jawa pada 1404 M, dan mendirikan pesantren di Gresik, wafat pada tahun 1419 M.
8.      Sunan Giri (Raden Paku)
Sunan Giri secara aktif ikut merencanakan berdirinya Kerajaan Demak dan terlibat dalam penyerangan ke Majapahit sebagai penasihat militer. Beliau mendirikan pondok pesantren yang dinamakan Pesantren Giri.
9.      Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)
Sunan Gunung Jati berasal dari Makkah. Ia berangkat ke tanah Jawa pada tahun 1470 M dan mendirikan pesantren di Gunung Jati. Sunan Gunung Jati membangun Masjid Agung Sang Ciptarasa pada tahun 1480 M. Masjid ini sering dijadikan pusat pertemuan Wali Songo untuk membicarakan masalah yang sedang dihadapi saat itu.


Komentar