Sejarah Masuknya Islam di Indonesia (Studi Kasus: Jawa)

Nama   : Salma Dilsani Sabita
NIM    : 17/415560/SV/13425
Kelas   : Arsip C

Sejarah Masuknya Agama Islam Di Pulau Jawa khususnya di Demak
       Di Jawa, Islam masuk melalui pesisir utara Pulau Jawa ditandai dengan ditemukannya makam Fatimah binti Maimun bin Hibatullah yang wafat pada tahun 475 Hijriah atau 1082 Masehi di Desa Leran, Kecamatan Manyar, Gresik. Dilihat dari namanya, diperkirakan Fatimah adalah keturunan Hibatullah, salah satu dinasti di Persia. Namun kerajaan Islam pertama kali berdiri di Demak, bermula dari runtuhnya Kerajaan Majapahit pada tahun 1478 Masehi memberi kesempatan masyarakat islam mempercepat terbentuknya kekuasaan, yaitu dengan munculnya kerajaan Demak. Kerajaan demak memiliki lokasi yang sangat strategis karena terletak antara pelabuhan bergota dari kerajaan Mataram Kuno dan Jepara, kedua tempat inilah yang telah membuat Demak menjadi kerajaan dengan pengaruh sangat besar di Nusantara. Raja pertama di Kerajaan Demak adalah Raden Patah dengan gelar Senopati Jimbun Ngabdurrahman Panembahan Palembang SayidinPanatagama. Raden Patah adalah seorang anak dari raja Majapahit yang bernama Sri Kertabumi dengan seorang wanita islam bernama Putri Cempa.
       Kerajaan Demak sangat berperan besar dalam proses Islamisasi pada masa itu, Raden Patah membuka madrasah atau pondok pesantren di Desa Glagah wangi. Selain itu, kerajaan Demak juga sebagai pusat perdagangan dan sebagai pusat penyebaran agama islam. Wilayah kekuasaan Demak meliputi Jepara, Tuban, Sedayu Palembang, Jambi dan beberapa daerah di Kalimantan. Kerajaan Demak di pimpin oleh beberapa Raja diantaranya Raden Patah (1500-1518 M), Adipatiunus (1518-1521 M), Sultan Trenggana (1521-1546 M). Kerajaan Demak berada pada puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Trenggana. Adapun sisa peradaban dari kerajaan Demak yang berhubungan dengan Islam dan sampai saat ini masih dapat kita lihat ialah Masjid Agung Demak. Masjid tersebut merupakan lambang kebesaran kerajaan Demak yang menjadi kerajaan Islam Indonesia di masa lalu. Selain Masjid Agung Demak, Sunan Kalijaga adalah yang mempelopori dasar-dasar perayaan Sekaten yang ada dimasa Kerajaan Demak. Perayaan tersebut diadakan oleh Sunan Kalijaga dalam untuk menarik minat masyarakat agar tertarik untuk memeluk Islam. Perayaan Sekaten tersebut lalu menjadi sebuah tradisi atau kebudayaan terus menerus dipelihara sampai saat ini, terutama yang berada didaerah Cirebon, Yogyakarta dan Surakarta.
Adapun peran wali songo:
1.      Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) merupakan ahli tata Negara yang berasal dari Turki. Ia datang ke Pulau Jawa pada 1404 M. Ia wafat di Gresik 1419 M.
2.      Sunan Ampel (Raden Rahmat) adalah putra dari Maulana Malik Ibrahim sekaligus perancang berdirinya kerajaan Islam di Pulau Jawa yang mengangkat Raden Patah sebagai Sultan pertama di Demak. Ia mendirikan pesantren di Ampel, Surabaya. Disamping itu, ia juga ikut mendirikan Masjid Agung Demak pada tahun 1479. Ia wafat pada tahun 1481 M dan dimakamkan di sebalah Masjid Ampel.
3.      Sunan Bonang (Raden Makdum Ibrahim) merupakan putra dari Sunan Ampel. Raden Makdum Ibrahim merupakan putra dari Sunan Ampel. Ia dianggap sebagai pencipta gending pertama dalam rangka mengembangkan Islam di pesisir utara Jawa Timur. Raden Makdum Ibrahim mendirikan pesantren di Tuban, Jawa Timur. Ia wafat di Pulau Bawean pada tahun 1525 M.
4.      Sunan Giri (Raden Paku) ikut merencanakan berdirinya Kerajaan Demak dan terlibat penyerangan ke Majapahit sebagai penasihat militer. Ia mendirikan pondok pesantren yang dinamakan Pesantren Giri.
5.      Sunan Drajat (Raden Qasim) lahir pada 1450 M yang merupakan anak bungsu dari Sunan Ampel. Sunan Drajat juga berdakwah  dengan menggunakan kesenian Jawa. Salah satu tembang ciptaannya adalah tembang Mijil.
6.      Sunan Kalijaga (Raden Sahid) merupakan murid dari Sunan Bonang. Sunan Kalijaga menggunakan kesenian dalam menyebarkan agama Islam.
7.      Sunan Kudus (Jafar Sa’diq) merupakan ahli dalam ilmu fiqih, tauhid, hadits, tafsir, dan logika. Ia dijuluki wali al-‘ilm (wali yang luas ilmunya). Ia mendirikan Masjid Al-Manar (Masjid Menara Kudus) di daerah Loran pada tahun 1549 M. Sunan Kudus wafat pada tahun 1550 M dan dimakamkan di Kudus.
8.      Sunan Muria (Raden Umar Said) merupakan putra dari Sunan Kalijaga. Dalam berdakwah, Sunan Muria menggunakan alat musik gamelan sebagai media. Ia mendirikan pesantren di lereng.
9.      Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah) berasal dari Makkah. Sunan Gunung Jati membangun Masjid Agung Sang Ciptarasa pada tahun 1480 M.

Komentar