Penyebaran Islam di Yogyakarta

Nama : Tariq Hidayat Pangestu
NIM   : 17/416413/SV/14151
Kelas  : Kearsipan C
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu kesultanan Islam yang ada di Indonesia, yakni Kesultanan Mataram. Kerajaan Mataram mencapai puncak kejayaan dibawah kepemimpinan Sultan Agung Prabu Hanyokrokusumo atau lebih dikenal dengan sebutan Sultan Agung. Pada masa kepemimipinannya Mataram dapat menyerang VOC di Batavia. Sultan Agung menyerang VOC di Batavia karena berbagai alasan, diantaranya :
1.      Tindakan monopoli yang dilakukan VOC,
2.      VOC sering menghalang-halangi kapal-kapal dagang Mataram yang akan berdagang ke Malaka,
3.      VOC menolak untuk mengakui kedaulatan Mataram, dan
4.      Keberadaan VOC di Batavia telah memberikan ancaman serius bagi masa depan Pulau Jawa.
Selain itu, Pada masa kekuasaan Mas Rangsang/Sultan Agung Prabu Hanyokrokusumo atau lebih dikenal dengan sebutan Sultan Agung. Mataram berekspansi untuk mencari pengaruh di Jawa. Wilayah Mataram mencakup Pulau Jawa dan Madura. Ia memindahkan lokasi kraton ke Kerta (maka muncul sebutan pula "Mataram Kerta"). Akibat terjadi gesekan dalam penguasaan perdagangan antara Mataram dengan VOC yang berpusat di Batavia, bahkan Kerajaan Mataram melakukan penyerangan terhadap VOC di Batavia pada tahun 1628 – 1629. Mataram lalu berkoalisi dengan Kesultanan Banten dan Kesultanan Cirebon.
     Pada masa kekuasaan Amangkurat II (Amangkurat Amral), kalangan istana banyak yang tidak puas karena beliau sangat patuh terhadap VOC sehingga pemberontakan terus terjadi. Pada masanya, kraton dipindahkan lagi ke Kartasura (1680), sekitar 5 km sebelah barat Pajang karena kraton yang lama dianggap telah tercemar. Pengganti Amangkurat II berturut-turut adalah
-       Amangkurat III (1703-1708)
-       Pakubuwana I (1704-1719)
-       Amangkurat IV (1719-1726)
-       Pakubuwana II (1726-1749).
VOC tidak menyukai Amangkurat III karena menentang VOC sehingga VOC mengangkat Pakubuwana I (Puger) sebagai raja. Akibatnya Mataram memiliki dua raja dan ini menyebabkan perpecahan internal dan kekacauan. Kekacauan politik baru dapat diselesaikan pada masa Pakubuwana III dalam Perjanjian Giyanti yaitu membagi wilayah Mataram menjadi dua, Kesultanan Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta pada tanggal 13 Februari1755. pada masa kekuasaan Mangkubumi (Sultan Hamengku Buwana I), dibangunlah Keraton Yogyakarta pada 9 Oktober 1775 M. Keraton menjadi simbol eksistensi kekuasaan Islam, meski berada dalam penguasaan Belanda. 
Kehadiran Walisongo terutama Sunan Kalijaga yang menggunakan wayang dan upacara kesenian sebagai media penyebaran agama islam dapat dikatakan memberi andil yang sangat besar bagi perkembangan Islam di Yogyakarta. Pada saat Islam masuk dan berkembang di Yogyakarta terlebih dahulu sudah berkembang pengaruh Hindu-Budha disini, sehingga kecedikan walisongo terutama Sunan Kalijaga sangatlah teruji karena mampu dengan baik tetap mengakulturasi kebudayaan yang sudah ada kedalam paduan Agama Isla, seperti : sekaten, gunungan, labuhan, dan sebagainya. Hingga saat ini kebudayaan ini masih tetap dilestarikan oleh masyarakat Yogyakarta menjadi sebuah tradisi yang membentuk suatu harmoni dan menjadi kekayaan budaya yang dimilik Indonesia.


Komentar